TEORI BELAJAR BRUNER
· Biografi
Jerome S Bruner
Jerome Bruner dilahirkan pada tahun
1915. Beliau, bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di
Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari
tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek
Madison di Amerika Syarikat.
Bruner banyak memberikan pandangan
mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau
memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengeuan. Dasar pemikiran teorinya
memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi.
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada
dirinya.
·
Konsep Belajar Menurut Jerome Bruner
Belajar merupakan aktifitas yang
berproses, tentu didalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul
melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan
fungsional. Dalam memandang proses
belajar, Brunner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Dengan teorinya yang disebut “(Free discovery learning)”(Budiningsih,2008).
Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya.
Dengan kata lain, siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu
kebenaran umum. Misalnya untuk memahami konsep kejujuran, siswa pertama-tama
tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh
konkret tentang kejujuran. Dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk
mendefinisikan kata “kejujuran”.
Sementara ditinjau dari arti katanya
“discover” berarti menemukan dan “discovery”adalah penemuan. Robert B.
menyatakan bahwa discovery adalah
proses mental di mana anak/individu mengasilmilasi konsep dan prinsip
(Ahmadi,2005). Jadi, seseorang siswa dikatakan melakukan discovery bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam
usaha menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proses mental yang
dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil
kesimpulan.
Selain itu Bruner menganggap, bahwa
belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru,
transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap
(Muhbidin Syah,2006:10). Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu
tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap
transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru
serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal
yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi
pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Teori belajar Bruner dikenal dengan
teori Free Discovery learning.
Bruner mengemukakan perlunya ada
teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran
efektif di kelas. Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu
bersifat deskriftif dimaksudnya untuk memberikan hasil, karena tujuan utama
teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran
itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tujuan utama
teori pembelajaran itu sendiri adalah menetapkan metode pembelajaran yang
optimal, misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia maksimum seorang
anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan
bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.
Dalam mengajar guru tidak menyajikan
bahan pembelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk
mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah. Secara garis besar, prosedurnya (Ahmadi,2005) sebagai berikut :
·
Stimulus (pemberian perangsang/stimuli)
Kegiatan belajar dimulai dengan
memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan
mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
·
Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
Memberikan kesempatan kepada si belajar untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan belajar
kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari
masalah tersebut).
·
Data Collection (pengumpulan data)
Memberikan kesempatan kepada para si
belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
·
Data Processing(pengolahan data)
Mengolah data yang telah diperoleh
siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data
tersebut ditafsirkan.
·
Verifikasi
Mengadakan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar dan tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan
dengan hasil dan processing.
·
Generalisasi
Mengadakan penarikan kesimpulan
untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Menurut Brunner perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun mata pelajaran dan
menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasanya
mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu
cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjuk cara
mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum dan
kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang
lebih rinci. (Budiningsih,2008:42).
Pendekatan penataan materi dan umum
ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk
penyesuaian antara materi dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang
yang belajar. Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu
tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang
penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
Menurut Brunner perkembangan
kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap pembelajaran yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan, yaitu :
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar, artinya
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya,
melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap Ikonik, seseorang memahami
objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal.
Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap Simbolik, seseorang telah
mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak
belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya
dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang
dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu
tidak berarti ia tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan
media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya
sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar.
· Ciri
Khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
Terdapat dua ciri konsep belajar penemuan Bruner ini, diantaranya:
Pertama tentang discovery itu sendiri merupakan ciri umum dari teori Bruner ini,
diamana teori ini mengarahkan agar peserta didik mampu dalam menemukan,
mengolah, memilah dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti
teori, behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan
aspek kognitifnya. kedua konsep
kurikulum spiral dimana dalam teorinya di tuntut adanya pengulangan-pengulangan
terhadap penegetahuan yang sama namun diulang dengan pembahsan yang lebih luas
dan mendalam. Seperti pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial yang di ajarkan pada sekolah dasar, kemudian
ilmu pengetahuan tersebut masih dapat diajarkan di perguruan Tinggi seperti
Psikologi Belajar. Psikologi belajar merupakan pengetahuan yang sama dengan
Ilmu Pengetahuan Sosial namun pembahasan
psikologi belajar lebih mendalam.
Adapun ciri khasnya yaitu:
1. Empat Tema tentang Pendidikan
Tema pertama mengemukakan pentingnya
arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan
kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang
kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.Tema
kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri
atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat
mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih
tinggi.Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah
formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.Tema keempat
adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
2. Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar
didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan
merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau
Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara
aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang
itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang
diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini
mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi
dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan
membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan
hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.
3. Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar
melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu
adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973). Informasi baru
dapat merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang
atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan
seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi,
transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara
ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk
·
Contoh Penerapan Teori Jerome Bruner
Penerapan Model Kognitif Jerome
Bruner Dalam Pembelajaran dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Belajar
|
Karakteristik Teori
|
Penerapan Dalam Pembelajaran
|
Kognitif Jerome Bruner
|
Model ini sangat membebaskan
peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik
untuk belajar secara discovery learning.
|
|
Contoh Penerapan Teori Belajar
Bruner dalam Pembelajaran dalam sebagai berikut :
a.
Sajikan
contoh dan non contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
Contoh :
Contoh :
· Misalnya dalam mengajarkan mamalia contohnya :
manusia, ikan paus, kucing, atau
lumba-lumba.
· Sedangkan non contohnya adalah ayam, ikan,
katak atau buaya dan lain-lain.
b.
Bantu si
belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Contoh :
Beri pertanyaan kepada si belajar
seperti berikut ini “apakah ada sebutan lain untuk “hewan yg menyusui”?
(mamalia) “hewan mamalia hidup di?” (hewan mamalia bisa hidupdi darat maupun di
air) adakah sebutan lainnya untuk hewan menyusui tersebut?
c.
Beri satu
pertanyaan dan biarkan siswa untuk berusaha mencari jawabannya sendiri.
Contoh :
Contoh :
· Bagaimana terjadinya embun?
· Apakah ada perbedaan antar hewan
karnivora, omnivora, dan herbivora?
d.
Ajak dan
beri semangat belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Contoh :
Contoh :
· Beri belajar tentang pernafasan
manusia, dan menyebutkan organ-organ manusia yang
digunakan untuk bernafas.
Jangan berkomentar terlebih dahulu
atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar
untuk berfikir dan mencari jawaban yang sebenarnya dan lain-lain.
· Penerapan
model belajar Bruner dalam pembelajaran IPA di SD
Dalam
penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran
penemuan.
Model
ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang
nyata.
Peranan
guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi informasi
melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi.
· Cara pembelajaran IPA di SD berdasarkan model Bruner
Guru
harus mempunyai cara yang baik untuk tidak secara lansung memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaat,
antara lain :
1.
Pembelajar
(Siswa) akan mudah mengingat materi pembelajaran apabila informasi tersebut
didapatkan sendiri, bukan merupakan informasi perolehan.
2.
Apabila
pembelajar telah memperoleh informasi, maka dia akan mengingat lebih lama.
Jadi dalam proses mengajar menurut
Bruner adanya pendekatan spiral atau lebih dikenal dengan a apiral curriculum,
yaitu mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum
kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang
lebih rinci, dengan memperhatikan tahapan perkembangan kognitif seseorang
(enaktif, ikonik, dan simbolik).
· Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner
Kelebihan dari Teori Belajar
Penemuan (Free Dicovery Learning)adalah
:
1.
Belajar
penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
2.
Pengetahuan
yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
3.
Belajar
penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam
belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4.
Transfer
dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar
daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5.
Penggunaan
belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
6.
Meningkatkan
penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar
Penemuan (Free Discovery Learning)adalah
(Ahmadi,2005:79) :
1.
Belajar
Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas,
hasilnya kurang efektif.
2.
Teori
belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau
kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang
dipelajari.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta,
Rienika Cipta, 2005.
2. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002.
3. Nasution, Berbagai pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta, PT.
Bumi Aksara, 2006.
4. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta, PT.
Bumi Aksara, 2006.
5. Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar