Senin, 18 Juli 2016

RANGKUMAN CTL

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)


Nama : Friescha Azizatun Nisa
Dosen : Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
STKIP PGRI Sidoarjo

A.        Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Definisi ringkas tetapi padat menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah proses belajar mengajar yang erat dengan pengalaman nyata. Sebuah definisi lain menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah pembelajaran yang harus situation and content-speccificdan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara riil/otentik serta latihan dan melakukan tugas. Dari ketiga definisi yang dikutip tersebut dapat dirasakan adanya konsep-konsep sama yang melandasinya. Sedangkan dari referensi yangada dalam bahasa Inggris Contextual Teaching and Learning mempunyai banyak padanan istilah.
Contextual Teaching and Learning dapat juga disebut experiencial learning, real world education, active learning, learner centered, intruction, dan learning-in-context. Tentu saja istilah-istilah tersebut mengandung perbedaan-perbedaan penekanan. Dari definisi yang ada dapat dilihat bahwa CTL merupakan perpaduan beberapa praktek pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan sebelumnya (konsep Dewey, pragmatik, komunikatif dan konstruktivis). CTL menekankan pada cara berpikir, trasfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan dan pentesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan (Nur, 2001). Menurut Nur Hadi model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.Model pembelajaran Kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
Oleh sebab itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan drai guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit. Oleh karena itu tugas guru adalah menyiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.
B.        Tujuan model pembelajaran kontekstual
·        Model pembelajaran ini menekankan dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman.
·        Model pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
·        Model pembelajaran ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
·        Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
·        Untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan sehari-hari.
·        Agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri
C.        Karakteristik pembelajaran kontekstual
1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konnteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting)
2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learnig)
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan meberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing)
4. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group)
5. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply)
6. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together)
7. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
8. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
9. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
D.    Perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran tradisional
Setidaknya terdapat 14 macam perbedaan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional, yakni sebagai berikut:
a. Pembelajaran Kontekstual
·         Menyandarkan pada pemahaman makna.
·         Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
·         Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
·         Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
·         Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
·         Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
·         Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
·         Perilaku dibangun atas kesadaran diri (intrinsik).
·         Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
·         Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
·         Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
·         Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
·         Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
·         Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik, dengan berbagai cara.
b. Pembelajaran Tradisional
·       Menyandarkan pada hapalan
·       Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
·       Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
·      Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
·      Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
·      Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
·      Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar , ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
·      Perilaku dibangun atas kebiasaan.
·      Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
·      Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
·      Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
·      Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrensik (dari luar).
·      Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
·      Hasil belajar umumnya hanya diukur melalui tes tertulis atau lisan
·      Strategi penerapan model pembelajaran kontekstual
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain :
·       Pembelajaran berbasis masalah.
·      Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkan.
·      Menggunakan konteks yang beragam.
·      Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi berkualitas.
·      Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
·      Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
·      Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
·      Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar untuk belajar mandiri dikemudian hari.
·      Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
·                              Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
·                              Mengejar standar tinggi
Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding keberbagai sekolah dan luar negeri.
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
·                                                  Relating
Belajar dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
·                                                  Experiencing
Belajar adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
·                                                  Applying
Belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan pemanfaatanya.
·                                                  Cooperative
Belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
·                                                 Transfering
Belajar menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru. Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual :
ü  Pengalaman nyata
ü  Kerja sama, saling menunjang
ü  Gembira, belajar dengan bergairah
ü  Pembelajaran terintegrasi
ü  Menggunakan berbagai sumber
ü  Siswa aktif dan kritis
ü  Menyenangkan, tidak membosankan
ü  Sharing dengan teman
ü  Guru kreatif
E.        Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kontekstual (CTL)
Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual :
ü  Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
ü  Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
ü  Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
ü  Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
ü  Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
ü  Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
ü  Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan Dari Model Pembelajaran Kontekstual :
ü  Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
ü  Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
ü  Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajara mengajar.
ü  Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstualakan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
ü  Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
ü  Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model pembelajaran kontekstual ini.
ü  Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab model pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
ü  Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
ü  Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam model pembelajaran kontekstual ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar