MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Nama :
Friescha Azizatun Nisa
Dosen : Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
STKIP PGRI Sidoarjo
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual Teaching and Learning
adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata
pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Definisi ringkas tetapi padat menyatakan bahwa
Contextual Teaching and Learning adalah proses belajar mengajar yang erat
dengan pengalaman nyata. Sebuah definisi lain menyatakan bahwa Contextual
Teaching and Learning adalah pembelajaran yang harus situation and
content-speccificdan memberi kesempatan dilakukannya pemecahan masalah secara
riil/otentik serta latihan dan melakukan tugas. Dari ketiga definisi yang
dikutip tersebut dapat dirasakan adanya konsep-konsep sama yang melandasinya.
Sedangkan dari referensi yangada dalam bahasa Inggris Contextual Teaching and Learning
mempunyai banyak padanan istilah.
Contextual Teaching and Learning
dapat juga disebut experiencial learning, real world education, active
learning, learner centered, intruction, dan learning-in-context. Tentu saja
istilah-istilah tersebut mengandung perbedaan-perbedaan penekanan. Dari
definisi yang ada dapat dilihat bahwa CTL merupakan perpaduan beberapa praktek
pengajaran yang baik dan beberapa pendekatan sebelumnya (konsep Dewey,
pragmatik, komunikatif dan konstruktivis). CTL menekankan pada cara berpikir,
trasfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan dan pentesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan (Nur, 2001). Menurut Nur
Hadi model Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Menurut Jonhson Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan untuk menolong para siswa melihat siswa melihat makna didalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Dari pendapat para
tokoh-tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa model Pembelajaran
Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi
yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.Model pembelajaran Kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa
memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari
permasalahan kepermasalahan lainya.
Oleh sebab itu melalui pendekatan
CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan drai guru kepada siswa dengan
menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata,
akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari
kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian
pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan
masyarakat, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah selalu
bersentuhan dengan kehidupan nyata.
Pendekatan kontekstual sebagai
suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk
mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit.
Oleh karena itu tugas guru adalah menyiasati strategi pembelajaran bagaimana
yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat
menemukan apa yang menjadi harapannya.
B.
Tujuan
model pembelajaran kontekstual
·
Model pembelajaran ini
menekankan dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan
adanya pemahaman.
·
Model pembelajaran ini
menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa.
·
Model pembelajaran ini
bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam
memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
·
Agar pembelajaran lebih
produktif dan bermakna.
·
Untuk mengajak anak pada
suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks jehidupan
sehari-hari.
·
Agar siswa secara individu
dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat
menjadikan informasi itu miliknya sendiri
C.
Karakteristik
pembelajaran kontekstual
1.
Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konnteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real
life setting)
2.
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang bermakna (meaningful learnig)
3.
Pembelajaran dilaksanakan dengan meberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(learning by doing)
4.
Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi
antarteman (learning in a group)
5. Pembelajaran
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know
each other deeply)
6. Pembelajaran dilaksanakan secara
aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to
inquiry, to work together)
7.
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy
activity).
8.
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan
baru
9.
Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
D. Perbedaan pembelajaran
kontekstual dengan pembelajaran tradisional
Setidaknya terdapat 14 macam
perbedaan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional,
yakni sebagai berikut:
a. Pembelajaran Kontekstual
·
Menyandarkan
pada pemahaman makna.
·
Pemilihan
informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
·
Siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
·
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
·
Selalu
mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
·
Cenderung
mengintegrasikan beberapa bidang.
·
Siswa
menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
·
Perilaku
dibangun atas kesadaran diri (intrinsik).
·
Keterampilan
dikembangkan atas dasar pemahaman.
·
Hadiah
dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
·
Siswa
tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
·
Perilaku
baik berdasarkan motivasi intrinsik.
·
Pembelajaran
terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
·
Hasil
belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik, dengan berbagai cara.
b. Pembelajaran Tradisional
·
Menyandarkan
pada hapalan
·
Pemilihan
informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
·
Siswa
secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
·
Pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
·
Memberikan
tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
·
Cenderung
terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
·
Waktu
belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas,
mendengar , ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
·
Perilaku
dibangun atas kebiasaan.
·
Keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
·
Hadiah
dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
·
Siswa
tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
·
Perilaku
baik berdasarkan motivasi ekstrensik (dari luar).
·
Pembelajaran
terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
·
Hasil
belajar umumnya hanya diukur melalui tes tertulis atau lisan
·
Strategi
penerapan model pembelajaran kontekstual
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu
dikembangkan oleh guru secara konstektual antara lain :
·
Pembelajaran
berbasis masalah.
·
Dengan
memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan.
·
Menggunakan
konteks yang beragam.
·
Dalam CTL
guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa
menjadi berkualitas.
·
Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa.
·
Guru
mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling
menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
·
Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri.
·
Pendidikan
formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar
untuk belajar mandiri dikemudian hari.
·
Belajar
melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang
menonjol dibandingkan dengan koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai
fasilitator dalam kelompoknya.
·
Menggunakan
penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah
berlangsung secara terpadu dan konstektual dan memberi kesempatan pada siswa
untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
·
Mengejar
standar tinggi
Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi
kelulusan dari waktu kewaktu terus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya
melakukan Benchmarking dengan melakukan study banding keberbagai sekolah dan
luar negeri.
Berdasarkan Center for
Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi pembelajaran
konstektual digambarkan sebagai berikut:
·
Relating
Belajar dikatakan dengan konteks
dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru
untuk membantu peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
·
Experiencing
Belajar adalah kegiatan
“mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang dipelajarinya
dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,berusaha menemukan
dan menciptakan hal yang baru dari apa yang dipelajarinya.
·
Applying
Belajar menekankan pada proses
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam konteks dan
pemanfaatanya.
·
Cooperative
Belajar merupakan proses
kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok, komunikasi interpersonal
atau hubunngan intersubjektif.
·
Transfering
Belajar menenkankan pada
terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual :
ü Pengalaman nyata
ü Kerja sama, saling menunjang
ü Gembira, belajar dengan bergairah
ü Pembelajaran terintegrasi
ü Menggunakan berbagai sumber
ü Siswa aktif dan kritis
ü Menyenangkan, tidak membosankan
ü Sharing dengan teman
ü Guru kreatif
E.
Kelebihan
dan kelemahan model pembelajaran kontekstual (CTL)
Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual :
ü Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju
terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif
dalam proses belajar mengajar.
ü Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat
lebih kreatif.
ü Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka
pelajari.
ü Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa
tidak ditentukan oleh guru.
ü Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak
membosankan.
ü Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam
kelompok.
ü Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar
individu maupun kelompok.
Kelemahan Dari Model Pembelajaran Kontekstual :
ü Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa
kelemahan. Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut:
ü Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas
didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menentukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
ü Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak
lama dalam proses belajara mengajar.
ü Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstualakan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan
siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak
percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
ü Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kontekstual ini akan terus tertinggal dan sulit untuk
mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa
tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
ü Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan
diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
pembelajaran kontekstual ini.
ü Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa
yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lisan akan mengalami kesulitan sebab model
pembelajaran kontekstual ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan
intelektualnya.
ü Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan
berbeda-beda dan tidak merata.
ü Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi
karena dalam model pembelajaran kontekstual ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar