LESSON STUDY
Nama :
Friescha Azizatun Nisa
Dosen : Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
STKIP PGRI Sidoarjo
1.
Pembahasan
tentang Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan
oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut
dengan istilah kenkyuu jugyo . Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap
berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang
dalam mengembangkan
Lesson Study tampaknya mulai diikuti
pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan
penelitian tentang Lesson Study di
Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar
disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan
proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai
dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson
Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan
untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson
Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam
pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan
melaporkan hasil pembelajaran. Lesson
Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus
yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality
Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara
terus-menerus, berdasarkan data. Lesson
Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas
belajar (learning society) yang
secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran
individual maupun managerial.
“Lesson study bukan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran,
melainkan dalam lesson study dapat
dipilih dan diterapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau masalah pembelajaran
yang dihadapi siswa dan pendidik,” kata dosen Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY) yang juga pendamping Hibah Perluasan Studi dari Kemdiknas ini. (Sumber:
http://unnes.ac.id/berita/lesson-study-bukan-metode-pembelajaran/)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan suatu pendekatan peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara kolaboratif, dengan
langkah-langkah pokok merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan,
melaksanakan pembelajaran, mengamati pelaksanaan pembelajaran tersebut, serta
melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut untuk
bahan penyempurnaan dalam rencana pembelajaran berikutnya. Fokus utama
pelaksanaan lesson study adalah
aktivitas siswa di kelas, dengan asumsi bahwa aktivitas siswa tersebut terkait
dengan aktivitas guru selama mengajar di kelas.
Slamet Mulyana (2007) memberikan
rumusan tentang Lesson Study sebagai
salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Catherine Lewis (2002)
menyebutkan bahwa :
“lesson
study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more
obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect
on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process,
supported by collaborative goal setting, careful data collection on student
learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Dalam tulisannya yang lain,
Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study , yang diperolehnya
berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
a) Tujuan bersama untuk jangka panjang .
Lesson study didahului adanya kesepakatan
dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu
jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang:
pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa,
pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan,
mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
b) Materi pelajaran yang penting.
Lesson
study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang
dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat
sulit untuk dipelajari siswa.
c) Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan
pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan
motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil,
bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya
yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak
lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya
dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau
pengawas sekolah.
d) Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh
dikatakan merupakan jantungnya Lesson
Study . Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang
dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan
) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses
pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang
diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan
sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau
rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai
pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan
sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat
efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para
guru untuk dapat:
(1) memikirkan secara lebih
teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada
siswa,
(2) memikirkan secara mendalam
tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya
tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara
berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
(3) mengkaji tentang hal-hal
terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru
lain (peserta atau partisipan Lesson Study ),
(4) belajar tentang isi atau
materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa
yang harus diberikan kepada siswa,
(5) mengembangkan keahlian dalam
mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran,
(6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa
yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya
dalam membelajarkan siswa, dan
(7) mengembangkan “ The Eyes to See Students” (kodomo wo
miru me ), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver),
pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa
Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
a) memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar
b) memperoleh hasil-hasil
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson
Study
c) meningkatkan pembelajaran
secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif
d) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Berkenaan dengan tahapan-tahapan
dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat :
1. Menurut Wikipedia (2007) bahwa
Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep
Plan-Do-Check-Act (PDCA).
a) Tahapan Perencanaan ( Plan)
Dalam tahap perencanaan, para
guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang
mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan
kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa,
mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga
dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan
pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk
memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis
kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam
penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat
matang , yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi
selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti
sampai dengan tahap akhir pembelajaran.
b) Tahapan Pelaksanaan ( Do )
Pada tahapan yang kedua, terdapat
dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk
mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau
observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya
(baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat
menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam
keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study .
3. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan
pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan
secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru,
siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah
disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar
dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan
perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi
dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu
jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan
tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya
tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama
siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui
aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan
pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
c) Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan
yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan
bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi
dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang
dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai
dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan
menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses
pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan
yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat
menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan ). Dalam
menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya . Berbagai
pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi
seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki
catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
d) Tahapan Tindak Lanjut ( Act )
Dari hasil refleksi dapat
diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna
perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual,
maupun menajerial.
Pada tataran individual, berbagai
temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan
refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak
sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke
arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan
pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala
sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan
pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau
selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan,
dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study , maka dia akan lebih
dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam
proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih
fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
2. Sementara itu, Slamet Mulyana
(2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study , yaitu : (1) Perencanaan
(Plan) ; (2) Pelaksanaan (Do ) dan (3) Refleksi (See )
a. Plan (perencanaan
pembelajaran)
Setelah sebelumnya melakukan
telaah kurikulum serta merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan
siswa, langkah awal dalam rangkaian lesson study adalah merancang pembelajaran
untuk mencapai tujuan dalam wujud perangkat pembelajaran, termasuk di antaranya
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan ini dilakukan secara
kolaboratif antara mahasiswa praktikan, dosen pembimbing lapangan, dan guru
pamong.
b. Do
(pelaksanaan dan pengamatan pembelajaran)
Langkah ini dimaksudkan untuk
melaksanakan pembelajaran di kelas berdasarkan perangkat pembelajaran yang
telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan oleh salah seorang dari
mahasiswa praktikan yang terlibat dalam kegiatan perencanaan pembelajaran
tersebut.
Bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran, dilakukan pula pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
tersebut. Pengamatan ini dilakukan oleh mahasiswa praktikan dalam satu bidang
studi yang sama, guru pamong, dan dosen pembimbing lapangan. Pengamatan dapat
pula melibatkan mahasiswa/guru dalam bidang studi serumpun maupun bidang studi
lain. Pada saat melakukan pengamatan (see), perhatian difokuskan kepada
perilaku siswa di kelas (bukan pada aktivitas mengajar guru) .
c. See (refleksi pembelajaran)
Setelah melaksanakan pembelajaran
dan mengamatinya, seluruh pihak yang terlibat dalam aktivitas pengamatan
melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji tersebut dan
menyempurkannya, serta merencanakan pembelajaran berikutnya. Dalam tahap
refleksi ini, pembahasan
tidak dimaksudkan untuk mengomentari aktivitas guru ketika melaksanakan
pembelajaran, melainkan lebih diarahkan pada hasil pengamatan terhadap perilaku
siswa selama proses pembelajaran di kelas . Dengan demikian tidak ada komentar
terhadap perilaku guru ketika mengajar, namun diharapkan berdasarkan refleksi
pengamat terhadap perilaku siswa tersebut, guru model akan dapat merefleksi
dirinya sendiri.
Hasil maksimal akan diperoleh
apabila ketiga tahap di atas dilaksanakan secara utuh dan berkesinambungan.
Melalui kegiatan lesson study ini kelemahan guru model pada setiap tahap
pembelajaran yang dilaksanakan dapat diperbaiki dan disempurnakan.
Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan
Kopp dari University of Wisconsin -La Crosse mengetengahkan enam tahapan dalam
Lesson Study, yaitu:
·
Form a Team : membentuk
tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain
yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
·
Develop Student Learning
Goals : anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa
sebagai hasil dari Lesson Study .
·
Plan the Research Lesson :
guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan
mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
·
Gather Evidence of Student
Learning : salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang
lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
·
Analyze Evidence of
Learnin g: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan
belajar siswa
·
Repeat the Process:
kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan
ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan
sharing atas temuan-temuan yang ada.
Adapun langkah riil lesson study dipaparkan sebagai berikut.
1. Menyusun jadwal lesson study
Komponen jadwal meliputi waktu
pelaksanaan, guru model (dapat disampaikan dalam bentuk kode), kelas yang
menjadi sasaran pelaksanaan lesson study , serta individu yang akan menjadi
pengamat (mahasiswa praktikan, dosen pembimbing, dan guru pamong). Pengamatan
dapat dilakukan pula oleh guru atau mahasiswa praktikan dari bidang studi yang
lain. Jadwal disusun berdasarkan kesepakatan antara mahasiswa praktikan, dosen
pembimbing lapangan, dan guru pamong. Diupayakan lesson study dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
2. Merencanakan dan menyusun
perangkat pembelajaran ( plan )
Perangkat pembelajaran yang disiapkan
di sini meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media
pembelajaran/alat peraga, dan alat evaluasi. Perangkat pembelajaran disiapkan
oleh mahasiswa praktikan secara berkelompok (serumpun). Selanjutnya, hasil
perencanaan ini dikonsultasikan kepada guru pamong dan dosen pembimbing.
Konsultasi seyogyanya dilakukan berkali-kali sampai diperoleh perangkat yang
layak.
3. Menyiapkan format-format,
deskripsi tugas, serta tata tertib yang diperlukan pada kegiatan lesson study
Format yang disiapkan meliputi
format pengamatan, daftar hadir pengamat, angket untuk siswa, tata tertib
pelaksanaan. Format ini disusun untuk mendokumentasikan segala kegiatan lesson
study sehingga dapat dilakukan refleksi yang akurat. Bahkan, akan lebih baik
apabila posisi siswa dan pengamat dalam kelas saat pelaksanaan lesson study
juga disiapkan sedemikian rupa pada tahap perencanaan (lihat Lampiran 2, 3, 4,
dan 5)
4. Mengikuti kegiatan do
Kegiatan do yang dimaksud di sini
adalah aktivitas guru model (dalam hal ini diperankan oleh salah seorang
mahasiswa praktikan) dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan
(Plan) . Dalam
kegiatan ini observer mengamati
pelaksanaan pembelajarannya. Yang berperan sebagai observer adalah mahasiswa
praktikan (dari bidang studi yang sama maupun bidang studi lain), dosen
pembimbing, dan guru pamong. Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan
format pengamatan yang telah disiapkan, dengan memperhatikan tata tertib yang
ada.
5. Mengikuti kegiatan see
Kegiatan ini merupakan kegiatan
diskusi formal yang membahas hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran
oleh guru pengajar. Diskusi ini dipimpin oleh seorang moderator dan dibantu
oleh notulis. Refleksi yang diawali dengan memberikan kesempatan guru model
untuk menyampaikan perasaannya sebelum, saat, dan setelah mengajar ini,
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berikutnya bagi guru
model, sekaligus sebagai refleksi diri bagi pengamat. Fokus diskusi diarahkan
pada perilaku siswa, BUKAN ‘MENGADILI’ GURU MODEL.
6. Mengarsipkan semua hasil
kegiatan
Pengarsipan dilakukan sendiri
oleh setiap guru model dalam satu portofolio.
Komponen portofolio yang diarsipkan meliputi (1) berita acara pelaksaan lesson
study (2) RPP dan
perangkat pembelajaran lainnya, (3) lembar pengamatan dari seluruh pengamat,
(4) perolehan skor siswa selama pelaksaan lesson study , (5) notulen hasil
diskusi, serta (6) foto kegiatan pelaksanaan Lesson Study . Berkas portofolio
tersebut kemudian diserahkan kepada UPT PPL setelah mendapat persetujuan dosen
pembimbing lapangan atau guru pamong.
Lesson study memberikan banyak
hal yang menurut para peneliti dianggap efektif dalam mengubah praktik mengajar
guru seperti penggunaan materi pembelajaran yang konkrit untuk memfokuskan pada
permasalahan agar lebih bermakna, mengambil konteks pembelajaran dan pengalaman
guru yang eksplisit, dan juga memberikan dukungan pada guru dalam hubungan
sejawat.
Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak kesempatan
kepada para guru untuk membuat bermakna
ide-ide pendidikan dalam praktik mengajar mereka, untuk mengubah perspektif
mereka tentang pembelajaran, dan untuk belajar mengamati praktik mengajar
mereka dari perspektif siswa. Dalam lesson study , kita melihat apa yang
terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita memahami
ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan isu-isu lain dalam kelas kita.
Adapun manfaat lesson study adalah:
1.
Meningkatnya
pengetahuan guru tentang materi ajar dan pembelajarannya
2.
Meningkatnya
pengetahuan guru tentang cara mengobservasi aktifitas belajar siswa
3.
Menguatnya
hubungan kolegalitas baik antar guru maupun dengan observer lain selain guru
4.
Menguatnya
hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehari-hari dengan tujuan pembelajaran
jangka panjang
5.
Meningkatnya
motivasi guru untuk senan-tiasa berkembang
6.
Meningkatnya
kualitas rencana pembelajaran termasuk komponen-komponennya seperti bahan ajar,
teaching materials (hands on ) dan strategi pembelajaran (Rusman, 2010:394).
Selanjutnya Wang–Iverson dan Yoshida (2006) menyebutkan
bahwa manfaat dari lesson study sebagai berikut:
1.
Mengurangi
keterasingan guru (dari komunitasnya)
2.
Membantu
guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
3.
Memperdalam
pemahaman guru tentang ma-teri pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam
kurikulum
4.
Membantu
guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
5.
Menciptakan
terjadinya pertukarann pengeta-huan tentang pemahaman berpikir dan belajar
siswa
6.
Meningkatkan
kolaborasi pada sesama guru
Adapun manfaat lain dari lesson study menurut
Lesson Study Project (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lessonstudyuntukmeningkatkan-pem-belajaran
) yakni:
1.
Guru
dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya
2.
Guru
dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya
3.
Guru
dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
manfaat dari lesson
study adalah:
1.
Menciptakan
suasana keakraban dan kekeluar-gaan antar sesama guru,
2.
Memberi
peluang bagi guru untuk memecahkan masalah dan menciptakan solusinya secara
bersama-sama serta saling bertukar pengalaman,
3.
Guru
dapat membuat perencanaan pembelajaran secara ber-sama-sama dan mepraktekan
hasil kerjanya,
4. Membuat guru menjadi lebih
profesional dalam mengajar sehingga menciptakan suasana belajar yang kondusif
bagi siswa sebagai tujuan menelurkan siswa-siswa terbaik demi masa depan
Indonesia.
Berbagai kendala yang mungkin
dihadapi ketika mengimplementasikan lesson study di antaranya adalah adanya
persepsi yang keliru tentang lesson study , penyusunan jadwal, pendanaan,
setting kelas, dan pendokumentasian. Untuk menghindari adanya kesalahan
persepsi tentang lesson study , pada tahap perencanaan perlu diadakan penyamaan
persepsi antaranggota kelompok bahwa lesson study lebih dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan bukan untuk menilai guru. Menyusun
jadwal, baik untuk pertemuan koordinasi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan
lesson study itu sendiri, maupun untuk melaksanakan refleksi dan menyusun
temuan, yang melibatkan 4 – 6 guru, tidaklah mudah. Itulah sebabnya pelibatan
kepala sekolah sejak awal perencanaan lesson study sangat penting. Kepala
sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di
sekolah. tidak hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam pengaturan jadwal,
tetapi juga diharapkan kepala sekolah memberikan dukungannya dalam bentuk
pendanaan untuk pelaksanaan setiap kegiatan dalam lesson study . Kesepakatan
tentang jadwal, pendanaan, dan “aturan main” dari awal akan menghindari masalah
yang tidak diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar